PENDIDIKAN ISLAM: PERBANDINGAN PENDIDIKAN BARAT DAN ISLAM

PENDIDIKAN ISLAM

PERBEDAAN PENDIDIKAN BARAT DAN ISLAM

Pendidikan menurut Kamus Oxford adalah suatu proses pengajaran, pelatihan, dan pembelajaran, terutama di sekolah, perguruan tinggi, atau universitas, untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan. Inilah konsep yang dikembangkan di negara-negara Barat, negara sekuler, termasuk negara kita. Anak dididik di sekolah sehingga ketika lulus, ia memiliki ijazah, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Jika ia sekolah di bidang komputer, maka ia ahli dalam bidang itu. Jika ia menempuh pendidikan di bidang medis, maka ia menjadi pakar dalam bidang medis.

Sementara itu, Pendidikan Islam menurut Dr. Sholah dari Yordania adalah pendidikan akhlak untuk kebaikan hidup umat manusia, mewujudkan keseimbangan yang sempurna pada kepribadian dengan menggabungkan antara iman, akhlak, ilmu, dan amal. Maka, pendidikan tidak bermakna tanpa unsur-unsur tersebut. Jika kita melihat konsep ini, maka jelas terdapat perbedaan antara pendidikan Barat dan Islam. Pendidikan Barat tidak memperhatikan aspek keimanan dan amal perbuatan. Apakah seseorang beriman atau tidak, beramal atau tidak, itu adalah urusan pribadi masing-masing, karena aspek ini tidak diatur dalam sistem pendidikan mereka. Yang penting adalah seseorang tamat sekolah dan memiliki keterampilan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam sistem pendidikan sekuler banyak individu yang cerdas dan terampil, tetapi hidupnya tidak seimbang. Hal ini terjadi karena mereka tidak ditempa dan dididik untuk menjalani kehidupan yang seimbang.

Di negara kita, pendidikan agama hanya diberikan selama dua jam dalam seminggu karena sistem pendidikan yang ada tidak berbasis agama. Fokus utama adalah keterampilan, sementara urusan agama diserahkan kepada individu masing-masing. Pelajaran agama hanya dijadikan sebagai pelengkap agar tidak dihilangkan sama sekali. Maka, tidak mengherankan jika banyak yang tidak memahami agama dengan baik. Banyak lulusan sekolah yang tidak memiliki kepribadian kuat, tidak memiliki iman, akhlak, ilmu, dan amal, serta hidupnya tidak seimbang. Hal ini terjadi karena mereka hanya dididik untuk menjadi terampil.

Seiring berjalannya waktu, sistem pendidikan ini menimbulkan kegelisahan di kalangan orang tua. Akhirnya, muncullah sistem pendidikan yang mencoba menggabungkan keterampilan dengan aspek keimanan, seperti sekolah plus, sekolah full day, sekolah Islam terpadu, dan pondok pesantren modern. Model pendidikan ini mengadopsi sistem Barat dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islam. Sekolah ini beroperasi dari pukul 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Dengan demikian, para siswa tidak hanya terampil di bidangnya, tetapi juga beriman, berakhlak, berilmu, dan beramal. Mereka bertakwa dan menjadi individu yang saleh. Sistem ini merupakan kombinasi dari kedua konsep pendidikan. Apakah ada masalah dengan sistem ini? Tidak ada. Namun, masalahnya adalah sistem ini hanya dapat diterapkan oleh sekolah swasta yang biaya pendidikannya tinggi. Sekolah full day memiliki biaya yang juga "full," sehingga tidak dapat dinikmati oleh seluruh umat Islam. Dengan demikian, sistem ini masih belum dapat diharapkan sepenuhnya.

KAPAN PENDIDIKAN DIMULAI?

Apakah pendidikan dimulai saat seseorang mulai bisa merespons? Apakah setelah ia pandai berbicara? Apakah setelah masuk usia sekolah, yaitu usia 6-7 tahun? Atau ada pendapat lain?

Pendidikan sebenarnya dimulai sejak memilihkan pendidiknya. Pendidikan karakter dimulai dari pendidikan guru yang berkarakter. Mustahil melahirkan anak yang berkarakter dari guru yang tidak memiliki karakter. Mengapa demikian? Pepatah Arab mengatakan:

(فاقد الشيء لا يعطيه)

"Orang yang tidak memiliki sesuatu, maka ia tidak bisa memberikannya."

Karakter yang dimiliki oleh seorang guru akan diturunkan kepada muridnya. Ada istilah, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Bagaimana mungkin kita mengharapkan lahirnya anak yang berkarakter dari guru yang tidak memiliki karakter?

Siapa guru pertama kita? Maka ada istilah madrasatul umm—sekolah ibu. Guru pertama bagi manusia adalah ibu.

الأُم مَدْرَسَةُ الْأُوْلَى, إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأعْرَاقِ

"Ibu adalah madrasah yang pertama. Jika kamu menyiapkannya dengan baik, berarti kamu telah menyiapkan lahirnya sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya." (Penyair Ahmad Syauqi)

Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. (متفق عليه)

"Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (Muttafaq 'Alaih)

Dalam hadits ini, Nabi saw. menekankan pentingnya memilih pasangan yang beragama. Mengapa? Karena ia bukan hanya akan menjadi istri bagi suaminya, tetapi juga akan menjadi guru bagi anak-anaknya kelak. Guru yang memiliki agama dan karakter akan melahirkan anak didik yang juga beragama dan berkarakter.

Maka, dalam konsep pendidikan Islam, pendidikan sudah dimulai jauh sebelum anak lahir, yaitu dengan menyiapkan pendidiknya terlebih dahulu, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits ini. Sementara dalam pendidikan Barat, pendidikan baru dimulai ketika anak sudah bisa merespons, bisa membaca, atau memasuki usia sekolah. Dalam Islam, pendidikan justru sudah dimulai sejak tiga tahun sebelum anak lahir.

FASE KEHAMILAN

Sebuah penelitian dari "Ahlu Hadits.com" menunjukkan bahwa jika ibu hamil diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an, lalu setelah anak lahir kaset yang sama diputar kembali, maka selera makan dan kenyamanan bayi meningkat. Sebaliknya, jika kasetnya diganti dengan suara lain, bayi menjadi gelisah dan selera makannya menurun. Artinya, kebiasaan yang dimulai sejak dalam kandungan akan terus terbawa setelah bayi lahir. Oleh sebab itu, dalam Islam, ibu hamil dianjurkan untuk memperbanyak zikir, membaca Al-Qur'an, shalat, dan menjaga kesucian dirinya. Ini adalah bagian dari proses pendidikan dalam kandungan.

Di Moskow, Rusia, ibu-ibu hamil pergi ke museum untuk melihat lukisan klasik sambil diperdengarkan lagu-lagu simfoni Beethoven dan musik klasik lainnya. Menurut mereka, hal ini bertujuan agar bayi terbiasa dengan hal-hal yang lembut sehingga kelak ia lahir dengan sifat yang lembut dan mudah diatur. Jika orang Barat saja memahami pentingnya pengaruh suara bagi janin, maka dalam Islam tidak ada suara yang lebih lembut dan menenangkan selain lantunan ayat suci Al-Qur'an. Namun, ironisnya, banyak umat Islam yang lebih percaya pada teori Barat dibandingkan dengan konsep yang telah ada dalam Al-Qur'an sejak lama.


FASE KELAHIRAN

Roaitu Rasulullah azzan fi udzuni Hasan.

Adzannya sama seperti dalam sholat. Untuk apa diajak ḥayya 'ala aṣ-ṣalāh, padahal ia belum bisa tegak? Untuk apa diajak ḥayya 'ala al-falāḥ, sedangkan ia belum mengetahui apa-apa? Itu adalah bentuk doa. Yang paling penting ingin diperdengarkan kepadanya adalah lafazh syahadat: asyhadu an lā ilāha illallāh.

Syahadat itu pernah ia ucapkan dahulu. Kapan ia mengucapkannya? Yaitu ketika berada di alam arwah, saat Allah mengambil sumpah seluruh manusia. Allah SWT berfirman:

"Alastu bi rabbikum?"
("Bukankah Aku ini Tuhanmu?")

Mereka semua menjawab:

"Qālū balā syahidnā."
("Iya, kami bersaksi.")

Maka ketika ia lahir ke dunia, hal pertama yang ia dengarkan adalah asyhadu an lā ilāha illallāh.

Ini adalah proses ketiga dalam pendidikan Islam. Namun, jika proses ini benar, bukan berarti pendidikan Islamnya sudah sempurna.


TAHNIK

Ada yang disebut dengan tahnik. Apa itu?

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar, disebutkan bahwa ia memiliki anak laki-laki bernama Abdullah bin Zubair. Abdullah adalah bayi pertama yang lahir dalam Islam setelah hijrah. Saat lahir, ia langsung dibawa menghadap Nabi Muhammad SAW. Nabi kemudian mengunyahkan kurma dan memasukkan kunyahannya itu ke dalam mulut bayi. Istilah dalam bahasa Arab untuk praktik ini adalah tahnik. Jika tidak ada kurma, boleh diganti dengan madu.

Orang-orang dahulu melakukan ini semata-mata untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Namun, penelitian modern menemukan alasan ilmiahnya. Dr. Muhammad Ali Al-Bar, anggota Lembaga Mukjizat Al-Qur'an Internasional, meneliti bahwa bayi rentan mengalami kekurangan gula darah dan penurunan suhu tubuh akibat perubahan suhu yang mendadak dari dalam rahim ke dunia luar. Ini membuat bayi rentan mengalami kematian mendadak.

Untuk mengatasi hal tersebut, Nabi Muhammad SAW memberikan kunyahan kurma yang mengandung gula alami agar kadar glukosa dalam darah bayi meningkat. Dari mana Nabi Muhammad SAW mengetahui hal ini? Bagi orang beriman, jawabannya sederhana: karena semua yang dilakukan oleh Nabi adalah wahyu dari Allah SWT.


AQIQAH

كل غلام مرتهن بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه و يحلق رأسه و يسمى يوم السابع

Hadits ini menyebutkan: "Al-ghulām murtahanun bi 'aqīqatihi," yaitu seorang anak tergadai dengan aqiqahnya. Jika tergadai, tentu harus ditebus. Bagaimana cara menebusnya?

"Yuzbaḥu 'anhu yawma as-sābi'," (disembelihkan hewan aqiqah pada hari ketujuh),
"wayusammā wa yuḥlaqu ra’suhu," (diberi nama yang baik dan dicukur rambutnya).

Mengapa disembelihkan hewan? Sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, sekaligus untuk bersilaturahmi dengan orang banyak, agar mereka mengenal keluarga bayi yang baru lahir.

Mengapa diberi nama yang baik? Karena dalam Islam, nama adalah doa. Nama yang baik sama dengan mendoakan anak agar mendapatkan kebaikan dalam hidupnya.

Mengapa rambutnya dicukur? Agar ia tumbuh dengan rambut yang baru dan semangat yang baru. Rambut sebelumnya bercampur dengan darah dan najis, maka dengan mencukurnya, bayi memulai hidupnya dengan kesucian.


FASE MENYUSUI

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ

"Wal-wālidātu yurḍi‘na aulādahunna ḥaulaini kāmilaini."

Dalam Al-Qur'an, tidak disebutkan secara eksplisit bahwa sholat Subuh terdiri dari dua rakaat, tetapi perintah menyusui selama dua tahun justru disebutkan secara langsung. Apa maknanya? Itu menunjukkan betapa pentingnya menyusui.

Dahulu, jika seseorang ditanya mengapa menyusui harus dua tahun, jawabannya adalah karena demikianlah yang diajarkan oleh para ulama. Namun, zaman sekarang, banyak orang yang lebih percaya kepada informasi dari koran dan internet mengenai ASI eksklusif, tetapi lupa bahwa semua ini telah lebih dulu diajarkan dalam Islam.

Lihatlah bagaimana Umar bin Khattab RA ketika mencium Hajar Aswad. Ia berkata:

"Saya tahu engkau hanyalah batu, tidak bisa memberikan manfaat ataupun mudharat. Namun, aku tetap menciummu karena Rasulullah SAW melakukannya."

Allah SWT berfirman:

وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

"Wa mā ūtītum min al-‘ilmi illā qalīlā."
("Dan tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit.")

Banyak dampak psikologis yang terjadi antara ibu dan anak akibat pola menyusui. Namun, saat ini banyak ibu yang menggantikan ASI dengan susu formula dari sapi. Akibatnya, anak-anak zaman sekarang menjadi lebih sulit diatur dibandingkan anak-anak dahulu.

Seorang ulama besar, Said Nursi dari Turki, ketika ditanya mengapa ia begitu cerdas, menjawab:

"Ibu saya selalu berwudhu sebelum menyusui saya."

Begitulah berkah dari air susu ibu yang diberikan dalam keadaan suci.


FASE KANAK-KANAK

Hadits riwayat Abu Dawud:

مروا أبناءكم بالصلاة لسبع واضربوهم عليها لعشر وفرقوا بينهم في المضاجع

"Murrū abnā’akum biṣ-ṣalāti lisab‘in waḍribūhum ‘alaihā li‘asyrin wa farriqū bainahum fil-maḍāji‘."

Perintahkan anak untuk sholat pada usia 7 tahun, pukullah jika ia tidak sholat pada usia 10 tahun, dan pisahkan tempat tidurnya.

Ada tiga aspek pendidikan dalam hadits ini:

  1. Perintah sholat sejak usia 7 tahun, yang berarti hafalan doa dan ayat-ayat sholat harus dimulai sebelum usia tersebut.
  2. Boleh memukul anak jika tidak sholat pada usia 10 tahun, sebagai bentuk disiplin dalam ibadah.
  3. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan untuk menjaga kesucian dan akhlak sejak kecil.

Di negara-negara Arab, anak-anak belajar hafalan Al-Qur’an di kuttab sebelum masuk sekolah dasar. Mereka tidak diajari menulis dan membaca, tetapi hanya menghafal ayat-ayat suci dengan metode talqin (mendengar dan mengulang).

Islam memberikan pendidikan yang sangat detail, membentuk manusia seutuhnya dengan tiga unsur utama:

  1. Akidah (keyakinan)
  2. Syariah (hukum)
  3. Akhlak (tatakrama)

Ketiga unsur ini diajarkan dalam pendidikan Islam, baik di madrasah maupun universitas Islam seperti UIN.

Di Malaysia, ada sekolah bernama JQF:

  • J → Jawi (huruf Arab Melayu)
  • Q → Qur'an (hafalan dan tafsir)
  • F → Fiqih (hukum Islam)

Pendidikan Islam yang berbasis pada nilai-nilai ini harus terus dikembangkan agar generasi Muslim memiliki akhlak dan kecerdasan yang baik.


PENANAMAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Bagaimana agar tiga aspek penting ini dapat masuk ke dalam kurikulum sekolah? Di Malaysia, terdapat sekolah dengan nama JQF. "J" merujuk pada Jawi, yaitu pembelajaran huruf Jawi (Arab Melayu). Setelah otonomi daerah, di Riau mulai digunakan tulisan Arab Melayu, seperti di Jalan Sudirman dan berbagai kantor dinas. Kita patut bersyukur, Alhamdulillah.

Namun, masalahnya adalah pelajaran ini tidak masuk ke dalam kurikulum sekolah. Akibatnya, meskipun banyak tulisan dalam huruf Jawi, masyarakat tidak mampu membacanya. Seharusnya, jika tulisan ini ada, maka harus dimasukkan ke dalam muatan lokal.

Di Jawa, bahasa daerah dapat dimasukkan ke dalam muatan lokal, lalu mengapa tulisan Arab Jawi tidak dimasukkan? Apa manfaatnya? Jika masyarakat memahami huruf Jawi, insya Allah masalah buta huruf Al-Qur’an dapat tertuntaskan.

Selain Jawi, terdapat dua aspek lain yang juga penting, yaitu "Q" (Qur’an) dan "F" (Fardhu Kifayah). Tiga pelajaran ini seharusnya menjadi bagian wajib dalam setiap sekolah.

Bapak dan Ibu sekalian, mari kita periksa buku pendidikan agama di sekolah. Saat ini, mata pelajaran agama hanya diberikan dua jam saja dalam seminggu. Dalam waktu yang singkat itu, berbagai materi seperti Al-Qur’an, Hadits, dan lainnya bercampur aduk, sehingga kualitas pendidikan pun menjadi tidak sempurna.

Namun, tidak boleh ada dikotomi atau pertentangan dalam pendidikan. Perputaran bumi itu sendiri merupakan tanda-tanda kebesaran Allah, sebagaimana ada ayat yang tertulis dan ada pula ayat yang tidak tertulis.

Ketika manusia berpikir tentang langit, lahirlah ilmu astronomi. Ketika berpikir tentang bumi, muncul ilmu geologi. Dalam Islam, sejak dahulu sudah ada pakar sains dan filsafat. Lalu, kapan terjadi pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum? Salah satu penyebabnya adalah penjajahan. Bangsa Barat tidak ingin kita menguasai ilmu-ilmu tersebut, sehingga dibuatlah sekat-sekat yang akhirnya kita terima begitu saja.


TUJUAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM

Diriwayatkan dalam hadits Abu Dawud:

من كانت له بنت فأدبها تأديبها و علمها فأحسن تعليمها و أسبغ عليها من نعم الله التي أسبغ عليه كانت له سترا و حجابا من النار

"Barang siapa yang memiliki anak perempuan, lalu ia mendidiknya dengan baik, mengajarinya dengan baik, dan melimpahkan kepadanya nikmat Allah yang telah ia peroleh, maka anak tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."

Dalam hadits ini terdapat kata "faaddabahunna" yang berasal dari kata "adab", yang berarti mendidik agar memiliki adab atau akhlak. Sementara itu, tujuan pendidikan Barat lebih menitikberatkan pada keterampilan.

Inilah sebabnya mengapa banyak orang yang telah menempuh pendidikan tinggi, tetapi tidak memiliki sopan santun. Mengapa demikian? Karena mereka tidak diarahkan untuk beradab, yang penting adalah kecakapan dan profesionalisme.

Dalam Islam, tidak ada gunanya seseorang bergelar S3 atau doktor jika ia membiarkan ibunya masuk ke panti jompo. Hal ini bertentangan dengan nilai adab dalam Islam. Namun, di Barat, hal tersebut dianggap biasa, karena yang ditekankan adalah profesionalisme dalam semua aspek kehidupan, bukan adab.


ADAKAH BATASAN USIA PENDIDIKAN DALAM ISLAM?

Pendidikan dalam Islam dimulai sejak bayi belajar merangkak, berdiri, berjalan, berlari, hingga masuk liang lahad. Jika ada yang mengkotak-kotakkan pendidikan berdasarkan usia, maka itu bukan ajaran Islam.

Lihatlah para sahabat Nabi:

  • Umar bin Khattab masuk Islam pada usia 27 tahun.
  • Abu Hurairah baru belajar Islam pada usia 30 tahun.
  • Abu Bakar memeluk Islam pada usia 38 tahun.
  • Khadijah menerima Islam pada usia 55 tahun.

Innahu minal mahdi ila lahdi—menuntut ilmu dalam Islam berlangsung sepanjang hayat, hingga akhir menutup mata.

Namun, kini kita telah terbiasa dengan sistem pendidikan formal yang membatasi usia belajar. Padahal, dalam sejarah Islam, para sahabat Nabi banyak yang baru mulai belajar Islam di usia yang tidak lagi muda.


MASA AKHIR HAYAT

Bahkan menjelang ajal, seorang Muslim masih terus dididik. Dalam hadits disebutkan:

"Laqqinu mautakum"

Maksudnya, ajarkanlah orang yang sedang menghadapi kematian untuk mengucapkan kalimat La ilaha illallah.

Saat itu, ia tidak sedang mengajar, melainkan sedang menerima pelajaran terakhir dalam hidupnya.

Inilah konsep pendidikan dalam Islam—suatu aturan yang berasal dari Allah, yang tidak dibuat oleh manusia, tetapi dapat diteladani dan diterapkan sepanjang hayat.



Komentar